Dragon Ball adalah salah satu seri anime dan manga paling populer dan berpengaruh sepanjang masa. Karya Akira Toriyama ini telah memikat hati penggemar di seluruh dunia. Namun, di balik ceritanya yang seru, Dragon Ball juga memiliki beberapa plot hole alias celah atau inkonsistensi dalam alur cerita yang sering membuat kita mengernyitkan dahi. Mari kita kupas berbagai plot hole di dunia Dragon Ball yang hingga kini masih menimbulkan tanda tanya!
Keterbatasan Dragon Ball yang Tidak Konsisten
Salah satu konsep utama di Dragon Ball adalah bahwa Dragon Ball hanya bisa mengabulkan keinginan tertentu sesuai batas kemampuan penciptanya. Namun, aturan ini sering kali berubah atau bertentangan di berbagai saga, menimbulkan kebingungan di kalangan penggemar. Misalnya, pada awal cerita, Shenron dikatakan tidak bisa menghidupkan seseorang yang sudah mati lebih dari satu kali. Namun, aturan ini tidak berlaku dalam Dragon Ball Z, di mana beberapa karakter seperti Krillin dan Chiaotzu dihidupkan lebih dari satu kali menggunakan bola naga.
Lebih lanjut, Dragon Ball Namekian (Porunga) awalnya disebut tidak bisa menghidupkan banyak orang sekaligus, tetapi kemudian keinginannya bisa disesuaikan untuk menghidupkan beberapa orang sekaligus, selama mereka tewas dengan sebab yang sama. Inkonsistensi ini menunjukkan bahwa aturan tentang bola naga tidak konsisten dan sering kali disesuaikan dengan kebutuhan cerita, menghilangkan rasa logis dari kekuatan ajaib ini.
Selain itu, meskipun Shenron dan Porunga memiliki keterbatasan dalam memenuhi permintaan, ada momen di mana bola naga bisa melakukan hal-hal luar biasa—seperti memulihkan planet yang hancur atau memanipulasi realitas. Hal ini membuat penonton bertanya-tanya: apa sebenarnya batas kekuatan Dragon Ball, dan mengapa aturan tentangnya sering kali berubah?
Pencarian Pembunuh Kakek Gohan
Dalam cerita awal Dragon Ball, Goku hidup bersama Kakek Gohan hingga suatu hari secara misterius Gohan tewas. Goku percaya bahwa ia terbunuh oleh monster buas. Namun, selama turnamen Tenkaichi Budokai, Goku akhirnya menyadari bahwa dialah yang secara tidak sengaja membunuh kakeknya saat berubah menjadi Great Ape (Oozaru) di bawah sinar bulan purnama.
Yang membuat ini menjadi plot hole adalah bahwa Goku butuh bertahun-tahun untuk mengetahui fakta tersebut, padahal selama ini orang-orang di sekitarnya tahu bahwa Saiyan bisa berubah menjadi kera raksasa saat terkena sinar bulan. Misalnya, Master Roshi dan Bulma seharusnya sudah mengetahui hal ini lebih cepat, atau setidaknya memberi petunjuk kepada Goku tentang kematian aneh Gohan.
Lebih aneh lagi, Vegeta dan Nappa saat datang ke Bumi mengungkapkan bahwa Goku seharusnya tahu sejak awal bahwa Saiyan memiliki kemampuan untuk berubah menjadi Oozaru. Tapi Goku, yang sudah berlatih dengan berbagai master dan mengalami pertumbuhan kekuatan pesat, tampak tidak pernah menyadari kekuatannya sendiri hingga momen tertentu dalam turnamen. Alur ini menimbulkan kebingungan tentang bagaimana Goku bisa sangat lambat dalam menyadari kemampuan transformasinya, meski ia telah menghadapi banyak pertarungan besar sebelumnya.
Inkonsistensi Hyperbolic Time Chamber
Hyperbolic Time Chamber adalah ruangan ajaib di mana waktu berjalan 365 kali lebih lambat dibandingkan di dunia luar. Satu hari di luar setara dengan satu tahun di dalam ruangan tersebut, dan tempat ini berfungsi sebagai alat penting bagi para Z Fighters untuk meningkatkan kekuatan dalam waktu singkat. Namun, aturan mengenai akses ke ruangan ini berubah-ubah seiring perkembangan cerita, yang menimbulkan plot hole besar.
Awalnya, para karakter hanya boleh memasuki Hyperbolic Time Chamber satu kali dalam hidup mereka, dan maksimal hanya bisa bertahan selama dua hari (dua tahun di dalam ruangan). Namun, dalam saga Majin Buu, aturan ini tampaknya diabaikan. Goku dan Vegeta berlatih kembali di sana tanpa masalah, meski mereka sebelumnya sudah memanfaatkan ruangan tersebut saat menghadapi Cell.
Selain itu, dalam saga Dragon Ball Super, Vegeta secara bebas keluar-masuk ruangan ini untuk berlatih tanpa batasan waktu. Jika sejak awal aturan tersebut tidak ada, mengapa para Z Fighters tidak memanfaatkan ruangan ini lebih sering sejak saga Cell? Inkonsistensi ini membuat beberapa penggemar merasa bahwa Hyperbolic Time Chamber hanya digunakan sesuai kebutuhan cerita, tanpa peduli dengan logika yang sudah dibangun sebelumnya.
Kematian yang Terlalu Mudah Diperbaiki
Salah satu aspek emosional dalam Dragon Ball adalah ketika para karakter mengalami kematian dalam pertempuran. Namun, seiring berjalannya cerita, kematian di semesta Dragon Ball terasa semakin kehilangan dampak emosional karena hampir selalu ada cara untuk menghidupkan kembali orang-orang yang tewas menggunakan Dragon Ball.
Pada awal cerita, kematian adalah momen besar dan menyedihkan, seperti saat Goku mengorbankan dirinya untuk mengalahkan Raditz. Namun, semakin jauh ceritanya berkembang, para karakter tampak tidak terlalu peduli dengan kematian karena mereka tahu bahwa mereka bisa dihidupkan kembali kapan saja. Bahkan dalam Dragon Ball Super, kematian hanya dianggap sebagai “liburan singkat,” membuat pengorbanan para karakter tidak lagi terasa bermakna.
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana aturan kematian bekerja di dunia Dragon Ball. Jika Dragon Ball selalu ada untuk memperbaiki segala kerusakan, di mana letak risiko dan ketegangan dalam setiap pertempuran? Inkonsistensi ini sering membuat para penggemar merasa bahwa cerita kehilangan bobot emosional karena konsekuensi dari pertempuran besar tidak pernah terasa permanen.
Menghilangnya Karakter Secara Tiba-Tiba
Seiring berjalannya cerita, beberapa karakter penting dan kuat dalam Dragon Ball tiba-tiba menghilang tanpa penjelasan yang memadai. Contoh paling jelas adalah karakter seperti Launch, yang cukup menonjol dalam saga awal Dragon Ball, tetapi kemudian hilang tanpa jejak di Dragon Ball Z. Toriyama sendiri mengakui bahwa ia lupa dengan keberadaan Launch, tetapi ini tetap menjadi plot hole bagi penggemar yang bertanya-tanya ke mana perginya karakter tersebut.
Selain itu, karakter seperti Goten dan Trunks, yang diperkenalkan sebagai petarung muda berbakat, juga terasa kurang mendapat perhatian di saga Dragon Ball Super. Mereka jarang terlibat dalam pertempuran besar, padahal di usia muda mereka sudah bisa mencapai bentuk Super Saiyan dengan mudah. Kehadiran mereka dalam cerita kadang terasa tidak konsisten, terutama dibandingkan dengan peran penting mereka di saga Majin Buu.
Fenomena ini membuat banyak penggemar bertanya-tanya: Mengapa karakter-karakter yang kuat dan menjanjikan sering kali diabaikan? Bukankah masuk akal jika mereka lebih sering terlibat dalam pertempuran besar? Plot hole ini memperlihatkan betapa banyak potensi cerita yang tidak dimanfaatkan secara maksimal.
Instant Transmission
Salah satu teknik paling ikonik dan berguna yang dimiliki Goku adalah Instant Transmission, atau Shunkan Idō. Teknik ini memungkinkannya berpindah ke mana saja di alam semesta hanya dengan merasakan keberadaan energi. Namun, sering kali Goku tampak lupa bahwa ia memiliki kemampuan ini, terutama dalam situasi darurat. Misalnya, ketika Cell hampir meledakkan dirinya dalam Dragon Ball Z, Goku memilih untuk mengorbankan dirinya dan membawa Cell ke planet King Kai alih-alih memikirkan solusi lain dengan Instant Transmission.
Lebih aneh lagi, Goku tidak menggunakan teknik ini untuk mencegah bencana besar secara langsung. Dalam beberapa saga seperti Majin Buu dan Dragon Ball Super, ia sering datang terlambat atau memilih bertarung secara frontal daripada memanfaatkan keunggulan taktis dari Instant Transmission. Bahkan dalam pertarungan melawan Moro di Dragon Ball Super, Goku tidak memaksimalkan penggunaannya, membuat banyak penggemar mempertanyakan keputusan tersebut.
Jika Instant Transmission digunakan secara cerdas, banyak momen kritis dalam seri ini bisa dihindari. Namun, sering kali teknik ini hanya dipakai jika cocok dengan kebutuhan cerita. Hal ini menciptakan plot hole yang menimbulkan pertanyaan: Mengapa Goku tidak selalu menggunakan teknik paling efektif yang ia miliki di setiap pertempuran?
Vegeta Mengetahui Teknik Fusion
Salah satu plot hole yang cukup aneh adalah bagaimana Vegeta bisa langsung menguasai teknik Fusion, meskipun ia awalnya menolak bekerja sama dengan Goku. Dalam Dragon Ball Z: Fusion Reborn, Goku harus menjelaskan kepada Vegeta langkah-langkah rumit untuk melakukan Fusion Dance dalam waktu singkat. Namun anehnya, mereka berhasil melakukannya dengan sempurna dan berubah menjadi Gogeta dalam upaya pertama.
Hal ini menimbulkan kebingungan, mengingat Fusion Dance adalah teknik yang sangat sulit dan membutuhkan latihan intensif agar sinkron dengan sempurna. Bahkan Goten dan Trunks, yang berlatih secara khusus, masih sering melakukan kesalahan saat melakukan Fusion. Namun, Vegeta—yang dikenal keras kepala dan tidak suka bekerja sama—secara ajaib bisa melakukan Fusion dengan baik meskipun diberi sedikit penjelasan.
Kejadian serupa terjadi lagi dalam Dragon Ball Super: Broly, di mana Goku dan Vegeta menggunakan Fusion Dance tanpa banyak latihan sebelumnya. Ini menciptakan kesan bahwa teknik yang seharusnya rumit dan membutuhkan sinkronisasi tinggi ternyata bisa dilakukan dengan mudah sesuai kebutuhan plot.
Senzu Bean Tidak Dimanfaatkan
Senzu Bean adalah salah satu item paling berguna di semesta Dragon Ball karena bisa memulihkan energi dan menyembuhkan cedera parah hanya dengan satu butir. Namun, anehnya, Senzu Bean sering kali tidak digunakan secara maksimal dalam situasi kritis. Ada beberapa momen di mana para karakter bisa dengan mudah menggunakan Senzu Bean untuk menyelesaikan masalah, tetapi mereka tampaknya lupa bahwa item ini tersedia.
Contoh paling jelas adalah dalam pertarungan melawan Cell. Ketika Gohan mulai kelelahan dan terluka parah, Goku bisa saja melemparkan Senzu Bean kepada Gohan untuk memulihkan kekuatannya. Namun, alih-alih memberikan dukungan, Goku malah hanya menyemangati Gohan dari jauh dan berharap ia bisa mengalahkan Cell sendirian. Situasi ini membuat penonton bertanya-tanya: Mengapa Senzu Bean tidak digunakan lebih sering dalam momen-momen genting seperti ini?
Masalah yang sama muncul lagi dalam Dragon Ball Super. Dalam turnamen atau pertarungan antar alam semesta, penggunaan Senzu Bean dilarang. Namun, di luar turnamen, para karakter tampak jarang membawa Senzu Bean meskipun mereka tahu risiko bertarung tanpa persiapan. Inkonsistensi ini membuat Senzu Bean terasa seperti alat cerita yang hanya muncul ketika dibutuhkan, tanpa mempertimbangkan logika pemanfaatannya dalam dunia Dragon Ball.
Usia Panjang Piccolo dan Namekian
Piccolo adalah salah satu karakter penting dalam Dragon Ball, tetapi ada beberapa pertanyaan tentang usia dan pertumbuhan makhluk Namekian yang tidak pernah dijelaskan dengan jelas. Saat pertama kali muncul, Piccolo adalah reinkarnasi dari Raja Iblis Piccolo, yang lahir sebagai bayi namun tumbuh menjadi dewasa hanya dalam hitungan beberapa tahun. Namun, setelah menjadi bagian dari Z Fighters, Piccolo tampaknya berhenti bertambah tua dan tidak mengalami perubahan fisik signifikan selama bertahun-tahun.
Di Dragon Ball Super, Gohan dan Trunks sudah dewasa, tetapi Piccolo terlihat sama seperti saat mereka masih anak-anak di Dragon Ball Z. Hal ini menimbulkan kebingungan tentang bagaimana siklus hidup Namekian sebenarnya bekerja. Jika Piccolo bisa tumbuh dengan cepat di masa kecil, mengapa ia tidak bertambah tua atau berubah selama bertahun-tahun?
Selain itu, hampir tidak ada informasi tentang berapa lama usia makhluk Namekian atau bagaimana proses penuaan mereka bekerja. Inkonsistensi ini membuat karakter seperti Piccolo terasa tidak berkembang secara biologis, meskipun ia sudah mengalami berbagai peristiwa besar dalam hidupnya.
Kekuatan Android yang Tidak Lagi Konsisten
Salah satu momen menarik di Dragon Ball Z adalah munculnya Android 17 dan 18, yang digambarkan sebagai makhluk dengan kekuatan luar biasa yang bahkan melebihi Super Saiyan pada saat itu. Namun, seiring perkembangan cerita, kekuatan para Android ini tampaknya tidak lagi relevan. Mereka yang awalnya menjadi ancaman besar tiba-tiba terlihat lemah dibandingkan dengan musuh-musuh di saga selanjutnya.
Contohnya, Android 17 berhasil bertahan melawan Jiren dalam Dragon Ball Super, salah satu makhluk terkuat di multiverse. Namun, bagaimana mungkin 17 yang sebelumnya kalah dari Cell tiba-tiba bisa menandingi kekuatan kosmik seperti Jiren? Inkonsistensi kekuatan ini membuat beberapa penggemar merasa bingung, seolah-olah kekuatan para Android hanya disesuaikan dengan kebutuhan plot.
Hal yang sama berlaku untuk Android 18. Setelah menikah dengan Krillin, ia jarang terlibat dalam pertarungan besar, padahal kekuatannya seharusnya tetap relevan. Plot hole ini menunjukkan bahwa kekuatan karakter di Dragon Ball sering kali tidak konsisten dan berubah-ubah tanpa penjelasan logis.
Itulah beberapa plot hole terbesar di dunia Dragon Ball yang sering kali membuat penggemar bingung dan bertanya-tanya. Meskipun penuh dengan celah logika dan inkonsistensi, Dragon Ball tetap menjadi seri yang dicintai dan memiliki penggemar fanatik di seluruh dunia. Bagian dari daya tariknya adalah kesederhanaan dan fokus pada aksi yang seru, meskipun logika cerita kadang dikorbankan. Bagaimana menurut kamu, Geeks? Adakah plot hole lain yang membuat kamu garuk-garuk kepala?
Artikel 10 Plot Hole di Cerita Dragon Ball! pertama kali tampil pada Greenscene.