Efek COVID-19 Terhadap Industri Anime

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr +


Situs berita bisnis Toyo Keizai mempublikasikan sebuah artikel tentang efek jangka panjang COVID-19 di industri anime. Mereka menyorot perputaran uang dalam produksi anime.

Studio anime berusaha sebaik mungkin untuk tetap bekerja memproduksi meski dalam situasi pandemi. Masalah utama tentang perekaman suara juga hampir terurai dengan menggunakan prosedur kesehatan yang berlaku. Saat banyak seri mulai siap tayang, kini justru slot jam TV yang tidak cukup.

Toyo Keizai menjelaskan pendapatan terbesar anime dari acara konser, movie dan giat eksebisi masih tidak bisa dilakukan. Meski ini tidak berdampak langsung pada studio anime, ini berpengaruh pada pendapatan komite produksi. Mereka adalah yang mengontrak studio untuk mengerjakan suatu proyek. Saat pendapatan berkurang, komite produksi tentu berusaha mencari studio yang bisa memberikan penawaran paling rendah. Hal ini bisa mempengaruhi hingga satu atau dua tahun mendatang. Bila kalian ingin tahu lebih jelas tentang komite produksi, bisa dibaca pada tautan artikel ini.

Sumber dalam Toyo Keizai menyebutkan sebagian besar manajer tidak memiliki kecakapan dalam akuntansi. Hal ini berdampak pada gaji animator yang rendah sekaligus alokasi budget untuk proyek yang sedang berlangsung. Setidaknya 40% studio sudah berada dalam garis merah walau masih ada proyek yang dikerjakan. Bila mereka tidak mendapat kontrak berikutnya, studio akan terpaksa tutup.

Studio Khara adalah salah satu contoh sukses dalam industri anime. Ini disebabkan pendiri Khara, Hideaki Anno pernah berpengalaman sebagai manajer karena kondisi memaksa. Anno mampu menanam investasi movie Evangelion 1.0 dan mendapat untung untuk melanjutkan ke Evangelion 2.0.

Pada saat ini produksi satu episode anime berdurasi 30 menit membutuhkan biaya antara 18-25 juta yen. Kadang mencapai 30 juta yen. Jauh lebih mahal dibandingkan biaya tv drama satu jam. Studio anime terbebani biaya ini yang seharusnya tidak terjadi karena pembayaran kontrak. Penulis menyatakan perusahaan seharusnya mampu bernegosiasi untuk mendapatkan nilai kontrak yang lebih bagus. Sayangnya akibat COVID-19, kompetisi dan politik antar perusahaan, saat ini sulit dilakukan.

Bila masalah ini tidak diselesaikan, ditakutkan menjadi lingkaran setan. Studio terus menerus mengambil proyek untuk menambal kekurangan sebelumnya, animator mendapat gaji rendah, staff bekerja terlalu keras dan tidak cukup waktu melatih animator baru. Generasi muda juga makin enggan untuk terjun ke industri animasi akibat berbagai kabar di atas.

Share.